Sesekali saya bertanya kepada orang-orang sekeliling saya memastikan ia telah terdaftar sebagai pemilih di pemilu 2014, pendapatnya soal pemilu, bagaimana partai-partai yang saat ini berkompetisi, dan pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba muncul selama ngobrol-ngobrol.
Suatu waktu saya dan sepupu yang masih SD berboncengan motor melintasi suatu tempat yang disana banyak terpasang atribut-atribut partai, tergeraklah saya untuk mencari tahu partai apa yang sempat masuk dalam memori sepupu.
Saya pun bertanya “Misalkan kalau dik lana sudah bisa milih, kira-kira milih partai mana ?”
Dia jawab “Jurdil luber”
Sontak saya tanya lagi “Apa itu ?”
Dia jawab “Pemilu kan Jurdil luber, jujur, adil, langsung, umum, bebas, rahasia” sambil pasang gayanya menjelaskan
Dalam pikiran saya pun diingatkan tentang asas pemilu yang telah beberapa tahun lalu saya dapatkan dibangku MA, salah satu poin yang mengena dari obrolan diatas adalah “rahasia”. Memang yang dimaksud rahasia adalah hanya pemilih yang mengetahui pilihannya saat pemilu, kan obrolan tadi bukan saat pemilu ? tapi gelagatnya bisa kebacakan ? kecuali yang sedang bersandiwara.
Secara teori masa anak-anak dan remaja kita telah dididik sedemikian rupa untuk membenarkan asas pemilu dari dialog diatas begitu juga pendidikan karakter lainnya, akan tetapi makin usia bertambah makin tak sedikit juga teori-teori yang sempat terlupa akhirnya tergerus sudalah kebenaran-kebenaran yang telah ditanamkan, lihatlah kecurangan-kecurangan pemilu. Dan ada juga orang-orang yang secara teori mungkin lupa dengan apa yang ia belajar dulu tapi kebenaran-kebenaran masih senantiasa bersikap teguh.
Itulah sampel jawaban anak SD soal pemilu, moga bisa belajar anak-anak yang (kelihatan) masih lugu itu.